Rabu, 15 Oktober 2014

Bertahun-tahun Panuan, Mengapa Tidak Kunjung Sembuh?

Banyak orang yang kesal saat panu menempel di kulit. Bagaimana tidak, gara-gara panu, kecantikan kulit ternodai. Apalagi jika panu ini sulit sekali dihilangkan. Bahkan ada orang yang harus rela kulitnya ditumbuhi bercak putih hingga bertahun-tahun. Apa sih penyebab panu 'menahun' ini?

"Panu bila diobati dengan tepat akan sembuh, namun bercak putih dapat menetap sampai beberapa waktu lamanya tergantung kerusakan sel pigmen kulit akibat metabolit organisme penyebab," terang dr Niken Wulandari, SpKK, dari RSUD Tangerang, saat dihubungi detikcom, dan ditulis pada Rabu (15/10/2014).

Dituturkan dr Niken, pada pasien dengan kekebalan imunitas tubuh yang baik, panu dapat sembuh asalkan pengobatan yang diberikan tepat. Sedangkan pada pasien imunokompremais atau pasien dengan kekebalan imunitas yang terganggu atau kurang baik, panu akan lebih sulit untuk disembuhkan. Panu juga tidak segera sembuh pada pasien yang tidak patuh pada pengobatan.

"Panu mudah untuk disembuhkan dengan obat antijamur namun mudah pula untuk kambuh kembali apabila faktor predisposisi atau kondisi yang menunjang menjadi patogen belum dapat disingkirkan, baik endogen maupun eksogen, misalnya banyak keringat atau pasien menderita penyakit akibat defisiensi imun," papar dr Niken.

Senada dengan dr Niken, dr I Gusti Nyoman Darmaputra, SpKK dari D&I Skin Centre juga menyebut panu umumnya dapat segera sembuh setelah pengobatan. Namun panu kadang menjadi menahun karena kambuh lagi. Karena itu dr Nyoman menyarankan agar dilakukan pencegahan panu dengan mengubah kebiasaan.

Menurut dr Nyoman, setelah penggunaan obat jamur minum atau krim selama 7-10 hari, umumnya jamur akan menghilang, namun bercak putih masih perlu waktu 2 minggu - 1 bulan agar hilang total. Itu makanya seringkali jamurnya sudah hilang tapi bercak putih masih terlihat.

"Bercak putih terjadi karena jamur menghasilkan bahan tertentu yang menghilangkan pigmen kulit serta elemen jamur bersifat menghalangi paparan sinar matahari ke kulit," ucapnya.

dr Susie Rendra SpKK dalam rubrik konsultasi di detikHealth mengatakan obat-obat panu yang bersifat antijamur, biasanya bisa mengatasi penyakit itu. Namun saat sembuh, kerap kali warna putih di kulit tetap bertahan. Itu makanya banyak yang beranggapan panunya belum sembuh. Padahal yang tersisa bisa saja bekasnya, sedangkan jamurnya sudah mati.

"Obat-obat panu biasanya bekerja membunuh jamur, tapi tidak menghilangkan bekas putih. Bekas putih biasanya akan menghilang secara perlahan dengan sendirinya, atau dipercepat dengan banyak berjemur," ujar dr Susie.

Sementara menurut dr Irma Bernadette Tiorita Simbolon SpKK dari Cosmetic Dermatology Division Department of Dermatovenereology Faculty of Medicine Universitas Indonesia, beberapa literatur melaporkan bahwa ada hubungan antara golongan Malasezzia, jamur penyebab panu, dengan asam lemak tertentu pada kulit. "Jadi sekali seseorang itu menderita panu, meskipun pada satu saat akan sembuh, tetap dapat muncul lagi," ucap dr Irma.

Apakah faktor genetika berpengaruh pada risiko seseorang terkena panu? "Panu karena faktor genetik didasarkan pada studi populasi yang telah dilakukan di beberapa negara dengan menggunakan kuesioner dan silsilah keluarga sampai tiga generasi, namun mekanisme pasti sampai saat ini belum dapat dibuktikan dan memerlukan penelitian lebih lanjut," jelas dr Niken.

sumber : detik